Beberapa minggu lalu, gue and kakak gue menemukan munculnya 1 resto baru di salah satu TKB [Tongkrongan Kami Bersama,red. – jangan tanya dateng dr mana tuh istilah!], Pluit Junction, yaitu Pisa Cafe. Walaupun logonya agak berbeda dengan Pisa cafe yang di Menteng, ternyata 1 company juga. Tergiur dengan disc 20%, akhirnya kami memilih cafe ini untuk menghabiskan waktu makan malam.
Personally, gue suka interiornya, dan suasananya yang warm. Cukup cocok untuk meeting dengan client2 yang agak santai, karena selain agak sepi [dalam hal jumlahnya pengunjung], ternyata juga sunyi [dalam hal music yang dimainkan, atau dengan kata lain, tidak ada music yang mengalun sama sekali].
Untuk makanan sih ya secara gue nga pernah ke Pisa Cafe Menteng [okay call me cupu tp gue males tempat rame gituh -___-], gue rasa mungkin sama2 aja kali ya. Untuk appetizer, kita pesan Calzone Personal [45,5K], di menu sih tertulis pizza yang dilipat, menurut gue sih kaya pastel raksasa tapi kopong isinya. Untuk main course, kita pesan Risotto Al Manzo [39,5K] dan Spaghetti something, ude agak lupa gue. Carbonara [45,5K] kayanya deh. Gue terbiasa dengan Risotto yang agak benyek dengan keju yang banyak, jadi agak bingung dengan risotto di sini, yang agak kaya nasi goreng kambing yang pucat. Well, setidaknya nasi goreng yang tidak berminyak hehehe...untuk spaghettinya, juga biasaaa banget. Sebenernya gue mau order dessert lg, cm berhubung ude ngembat 3 menu yang isinya keju semua, ude agak kenyang. Maybe later deh gue nyobain gelatonya, menarik kayanya. Overall soal rasa....hm ya std deh. Kurang greget kali ya menurut gue.
Tapi yang paling menarik perhatian gue adalah, servicenya. Gue termasuk adalah orang yang rela membayar lebih untuk service, tapi untuk Pisa Cafe Pluit Junction, definetely gue nga rela sama sekali. Kenapa? Karena pelayanan di sini kelewat "cepat" serta "sigap".
"Sigap", Pernah nga sih makan di restoran yang sepi pengunjung tapi karyawan banyak pisan? Baru minum seteguk aja, gelas lo ude di isi lagi, baru makan dikit, piring lo ude d ganti lagi? "Sigap" banget kan. Kalok seperti itu, walau agak canggung, masi dalam kadar wajar rasanya. Tapi di sini, jelas kelewat "sigap", pas gue lagi makan, jelas2 di piring gue lagi ada makanan, and gue sedang mengunyah, piring gue d ambil tanpa sebab. Heh? And it happened 2-3 times. Sampe akhirnya gue komplen kalok masih lagi di makan, barulah pelayan tsb mengerti.
"Cepat", banyak banget gue ketemu restoran tipikal begini, cth. Kafe Betawi, Red Bean, etc. [Semoga orang QC mereka membaca postingan gue :P] kalau di time line in :
- 10 detik pertama, kita masih jauh dr restoran tsb, ude ada pelayan yang teriak "Silakan masuk...", "Mase Maseeee!", "Boleh bu.." or apalah, pokoknya teriakan khas Indonesia sekali, secara teknik marketing kaya gini kayanya cm ada di Indo hehehe..
- 10-15 menit kemudian, dikasi buku menu, pesen blablabla.
- 30 menit kemudian, menu pertama muncul [seriously happened to me in lots of restaurants and variant times!]
- 30 detik kemudian, menyadari menu pertama ada kurang sesuatu, misal sambelnya.
- 5 menit kemudian, minuman pesanan datang [and kita cm bisa berpikir, kenapa ya minuman pesanan itu dateng ketika kita appetizer kita datang? Padahal cm pesen es teh...-__-]
- 3 menit kemudian, menu kedua datang, kadang ada bagian yang dilupakan lagi.
- 2 menit kemudian, tambahan menu pertama [etc. Sambel] baru dateng.
- 10 menit kemudian, menu ketiga, keempat, etc dateng sekaligus.
- 1 menit kemudian, tambahan menu kedua dateng.
- 20-30 menit, makan.
- 2 menit kemudian, piring2 uda di bersihkan oleh para waitress. [biasanya gue : bersiap2 pesen dessert]
- Dan 10 menit kemudian kalok gue lagi nga menyadari kalori yang tertimbun di balik dessert2 itu yang manis, dessert2 itu berdatangan.
- 10 menit, habisin dessert.
- 30 detik, bill datang setelah di minta. [gue : menyadari makin cepatnya bill nya datang berarti semakin besar service taxnya, beragam dr 6-15%]
- 5 menit, nunggu kembalian datang.
See? And meanwhile, pelayan2 itu berseliweran di meja kita, ngeliat kertas penanda menu apa aja yang ude keluar, coret2 dikit, diambil kertasnya, ntar d tarok lagi, pokoknya sibuk banget deh di sekeliling meja kita. And that what’s happen with Pisa Cafe service.
Tapi beruntunglah di luar beberapa waitress yang agak ngaco, mereka masih terbuka akan kritik... sempat di tanya2in managernya gimana kualitas makanannya, blablablabla. Sayang banget nga ditanyain gimana servicenya, kalok nga puas deh gue ngasi tau hehehe...jadi buat bapak manager Pisa Cafe, semoga postingan saya ini di baca ya pak hehehe...
Anyway service tax Pisa Cafe 8% ..huhu tak rela aku. Kadang2 gue agak salut dengan restoran2 yang tidak mengcharge consumer dengan service tax, tp servicenya tetap baik. Contoh Pizza Hut. Walau kita dalam waiting list pun, mereka tetap berikan senyum terbaik. Kalopun ada masalah salah pesanan, mereka tetap masih mau tuker order dengan order yang benar. Banyak loh restaurant2 yang nga mau perduli, and dengan sedikit persuasif [baca : memelas dengan mata berair, hehe nga deh...] agar kita tetap terima orderan yang sudah keluar walau salah. Mungkin tergantung management perusahaannya ya, bisa aja resto2 tsb kalok salah order, yang mesti nanggung adalah waitressnya, soalnya pernah ada waitress yang ngmg kalok salah, dia yang mesti nanggung harga menu tsb.
Sebenernya semua back to price jga ya, you got what you’ve paid. Sayang banget banyak restoran2 di Jakarta terutama di mall2, They were all full of lovely packaging, without anything worthed for what you’ve paid.